Wednesday, November 11, 2009

hari ini saya kembali menaruh beban yang begitu berat di pundak seseorang yang selama ini saya pandang derajatnya lebih rendah daripada saya.
meski semua manusia sama di hadapan Tuhan

dan saya baru sadar bukan dia yang membutuhkan keluarga kami tetapi kami yang membutuhkan dia. seorang seperti dia. hanya dia yang bisa mengisi kapasitas di keluarga kami

mungkin dia hanya seorang supir yang tidak berpendidikan tinggi. tapi jika tidak ada dia mungkin keluarga ini tidak bisa bertahan hidup. ya memang faktanya sefrontal itu. pada kenyataannya kami sangat membutuhkan dia

hari ini saya bertekat
untuk tidak menyakiti perasaannya lagi
sejak kecil saya ingin membahagiakan "orang tua" saya dan mulai detik ini dia menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kata "orang tua" saya.

saya tidak mau lagi menyakiti hati "orang tua" saya
apalagi menaruh sebuah beban
yang massanya ditambah dari tahun ke tahun
tidak akan lagi.

Tuhan, ajari saya untuk tidak lagi mengunderestimate orang lain, hormat sama orang tua, lebih sabar dan ga manja.

hari ini berawal seperti biasa. just like my others ordinary morning.

sampai pulang sekolah tiba...
hujan yang luar biasa deras mengguyur sekolah kami. sang hujan berhasil membuat saya terjebak di dalam kumpulan remaja tanggung berbalut seragam putih abu yang dibungkus dengan baju penghangat mereka. sedangkan saya? saya tidak memakai baju penghangat apapun (untung saya pake kaos dalem jadi ya ga masuk angin kayanya) beberapa anak nampak bergerombol untuk menghangatkan diri (wah mau dong bergerombol sama maci, oh maci aku butuh kehangatan! hahahahueeek)

hmm... wah hujan ya! saya suka sekali hujan. apalagi mendengar sound effect yang ditimbulkan dari air hujan dan angin yang bertiup kencang.. hm ini hari rabu ya? OH TIDAK! saya kan mau les ke daniel!


ketika hendak keluar dari sekolah agatha mencegat saya "semang mau ke mana?" tanyanya mesra (huwweeek) "mau les, lun." ujar saya mantap. selain sayang dengan ilmunya, saya juga sayang dengan duit lesnya (apalagi itu kan les privat, mahal bray!! kasian kan mama papa saya udah cape-cape cari duit buat saya tapi saya tidak bertanggung jawab dan dapat dipercaya. jadi saya memutuskan untuk fear factor: hujan-hujanan ke daniel)

jarak dari sekolah ke daniel memang tidak jauh, hanya sekitar 50meter dan bisa sampai dalam waktu 5menit ikaj ditempuh dengan berjalan kaki. hanya saja masalahnya siang itu hujan turun sangat lebat dan saya tidak membawa payung! raaawr!

sebenarnya saya membawa sebuah map biru plastik yang bisa dijadikan tudung bagi ubun-ubun kepala saya. tapi saya memilih untuk mendekapnya erat di dalam pelukan saya agar "tampak depan" seragam saya tidak berubah menjadi transparan gara-gara terimbas air hujan!

begitu menginjakkan kaki keluar dari pintu samping sman5, sepatu saya langsung terendam dalam aliran air banjir bandang (ah lebay) dan sukses membuat sepatu saya tercelup! sampai di depan pengky, seorang tukang parkir (bukan mang ade, satu lagi looh) memayungi saya dengan sigapnya
"wah makasih pak" jawab saya singkat sambil menatap wajahnya yang penuh rasa iba melihat gadis mungil seperti saya basah kuyub kehujanan
"mau kemana non?"
"mau ke daniel"
"oh kirain mau naik angkot di depan sini"
"haha engga pak."
"mau dianter sampe mana?"
"sampe sebrang ya pak? bolehkan?" rayuku
"ia"
"wah jadi romantis begini pak! sepayung berdua"
"hahaha ia kan hujan makanya jadi romantis begini kalo ga hujan ga akan gini, non"

lalu beliau mengantar saya sampai sebrang jalan dan saya bersyukur saya bisa tiba di sebrang jalan dengan selamat. saya masih terus berjalan sampai tiba di bimbel daniel. dan berhasil menyelamatkan diri saya! yes!
(pengumuman-pengumuman saya ga bawa uang sepeser pun jadi ga bisa naik angkot! lagian jalan kaki kan bagus untuk kesehatan (ya dan jalan kaki hujan-hujanan bagus untuk mencari penyakit))

sesampainya di daniel, saya langsung menghadap pak ebang, guru matematika daniel yang paling pintar, sangking pintarnya terkadang murid tidak dapat menjangkau pemikirannya yang gemilang.
"halo pak!" sapa saya, bagi murid daniel dan guru daniel, kekerabatan dan kekariban memang dijunjung tinggi.
"halo debora! lama sekali! sampai bapak ngantuk begini menunggu kamu" jawabnya terkantuk-kantuk
"ia pak kan hujan!"
"loh kok kamu basah kuyub begitu?"
"ye bapak! baru aja tadi saya bilang saya kehujanan!!"
"oh begitu" jawabnya tak acuh
"ayo pak belajar! saya kedinginan dan butuh kehangatan!"

beliau hanya tertawa lepas. tidak lama kemudian hujan berganti dengan rintik gerimis disertai angin. ini adalah bagian terindah dari hujan: angin yang membuat tubuh Anda menggigil. beberapa saat kemudian saya sudah tenggelam dalam soal trigonometri.

"pak saya minggu depan ada ulangan"
"bagus! nih saya kasih soal" seraya menyuapi saya dengan soal trigonometri tingkat dewa. saya hanya cengo (dan kenyang karena makan angin)

"buat apa sih pak belajar trigonometri kalo toh akhirnya saya kuliah ga akan ambil jurusan yang punya relasi dengan trigonometri?"
"ya gini aja. anggap saja kamu melakukan ini hanya sekali seumur hidupmu, sayang kan kalo kamu ga all out."

hmm benar juga ya. tumben guru ajaib itu agak jalan otaknya. hahaha



bersambung.

;;

Template by:
Free Blog Templates